Day-2: Serunya 'Adu Mulut' Berebut Foto di Rumah Pohon-Paralayang Batu
Mei 29, 2015
Dear Bloggies,
Signature Pose of Mine di Tree House |
Tiba-tiba saya terbangun pada pukul 00.30 pagi hari. Dinginnya kota batu
benar-benar menusuk tulang, padahal saya sudah memakai kaos kaki, jaket tebal
dan selimut namun udara dingin di tengah malam terlalu menusuk tulang saya.
Menoleh ke sebelah kanan, saya menemukan Dian dan Zia sudah terlelap tidur.
Saya merasa was-was, karena hanya ada kami bertiga di emperan masjid besar Kota
Batu, sesekali saya mendengar suara langkah kaki penjual makanan kaki lima yang
mendorong gerobak mereka pulang di gang kecil di belakang masjid. Karena tidak
bisa tidur, akhirnya saya membaca buku (untung saja saya sudah membawa bekal
novel ‘Antologi Rasa-Ika Natassa).
Selama 3 jam lebih saya menyelesaikan satu buku tersebut, dan bapak penjaga
mulai datang sekitar pukul 3.30 pagi untuk membuka gerbang tempat wudhu di
bawah. Sebelum jamaah sholat subuh datang, saya membangunkan Dian dan Zia untuk
segera pindah ke mobil. Karena adzan Subuh belum berkumandang, saya menyegarkan
diri dengan mengambil air wudhu dan menyegerakan sholat tahajud sembari
menunggu adzan Subuh. Beberapa jamaah sholat Subuh sudah mulai berdatangan
ketika saya selesai sholat tahajud. Kebanyakan jamaah merupakan nenek lanjut
usia, bahkan beberapa diantaranya sudah memiliki kursi lipat untuk sholat
(maklum, mungkin karena sudah berumur, beberapa jamaah yang tidak mampu sujud
melakukan sholat dengan duduk). Saya kagum dengan jamaah subuh kali ini, kali
pertama saya melihat perjuangan nenek-nenek untuk bisa sholat berjamaah di
masjid.
Saya mendengar suara gaduh di belakang masjid, beberapa cewek-cewek
traveller seperti saya masuk ke masjid dan seenaknya tidur di pojokan belakang,
alhasil beberapa jamaah yang terganggu menegur mereka untuk pindah ke tempat
lain, karena ada aturan dilarang tidur di dalam masjid (saya tidur di emperan
loh, bukan di dalam hehehe :D). Usai sholat subuh, saya membangunkan Zia dan
Dian yang masih tertidur di mobil, karena masih gelap akhirnya saya ikut-ikutan
tidur sejenak. Udara pagi kota Batu membangunkan saya dari tidur sesaat. Pukul
7.00 saya sudah bersiap untuk mandi di kamar mandi umum, dengan air hangat
pastinya.
Pukul 8.30 kami bertiga sudah berdandan cantik dan siap untuk petualangan
selanjutnya di hari kedua kami di Batu(cerita petualangan di hari pertama ada disini). Kami menikmati segelas teh hangat dan satu cup pop mie untuk
mengawali hari. Kali ini kami akan pergi ke tempat paralayang. Karena medan
yang sulit, saya menjadi driver untuk perjalanan satu hari ini. Pukul 9.00 kami
sudah sampai di areal paralayang, karena terbatas uang (maklum lah ya...) kami
tidak mencoba paralayang. FYI, sekali melayang-layang kami harus merogoh kocek
sebesar 300,000, bagi backpacker macam kami nominal tersebut terlalu besar dan
terlalu ‘sia-sia’ untuk dihabiskan mencicipi paralayang (sebenarnya pengen
berat....karena sensasi melihat kota batu dari udara pasti kereeennn).
Mas-mas tutor paralayang lagi ngeringin parasut |
Di areal paralayang juga terdapat penginapan rumah pohon yang sangat
populer di kalangan anak muda kekinian. Beberapa teman saya sudah memamerkan
foto mereka di rumah pohon (akhirnya saya bisa juga foto di rumah pohon ala
anak kekinian). Namun foto ala anak kekinian itupun diwarnai dengan tragedi adu
mulut dengan pengunjung yang menyebalkan. Karena tempat ini sangat ramai
(padahal hari rabu, dugaan kami meleset), beberapa orang bergantian berfoto di
rumah pohon, namun pasangan satu ini tidak beranjak dari rumah pohon sedari
tadi, sudah tahu kalau tempat foto ini diminati banyak orang tapi tetap saja
merasa tempat itu milik mereka berdua (ughh...menyebalkan). Alih-alih cepat
mengambil foto, mereka malah asik ngobrol sodara-sodara! Ngobrol hal yang tidak
penting, kami sudah beberapa kali mengingatkan kalo ada antrian di belakang
kami juga. Dasar tidak mau ngalah, saya terus saya bilang “Mbak, gantian dong
foto-fotonya, uda 30 menitan nih nunggu, lama banget” ujar saya. Berkali-kali
saya berkata seperti itu, tiba-tiba mbak-mbak dan pacarnya itu marah-marah dan
membentak kita. Untung saja itu tidak mempengaruhi mood kami untuk berfoto ria.
Jalan masuk ke Rumah Pohon |
Iseng foto dengan background pacarnya mbak-mbak jutek |
Giliran kami berfoto, kami mensegerakan sesi ambil gambar karena kami sadar
bahwa banyak orang yang mengantri (hah...such a disappointment for me...lain kali saya berharap bisa menikmati
rumah pohon tanpa harus ada adu mulut). FYI, rumah pohon ini disewakan lho, per
malamnya 150,000 dengan kamar mandi di luar. Cukup mahal, mengingat tempat
tidur yang ala kadarnya dan rumah pohon yang cukup membuat merinding karena
takut longsor (maksimal 3 orang di areal rumah pohon).
Akhirnya bisa foto juga setelah menunggu lama |
Usai puas menghabiskan sepanjang pagi di areal paralayang, kami akhirnya
melanjutkan perjalanan ke Selecta, wisata taman bunga. Ini kali ke tiga bagi
saya berkunjung ke Selecta, sedangkan ini merupakan kali pertama bagi Dian. Warna-warni
bunga menyegarkan mata saya, suara khas jangkrik hutan dan sejuknya udara
membuat rileks mata dan paru-paru. Selama 2 jam kami mengelilingi taman bunga
dan beristirahat di salah satu gazebo di tengah taman bunga.
Bunga-bunga... |
Sebelum mengakhiri perjalanan backpacker ‘nekat’ selama 2 hari ini, saya
dan Zia mencari oleh-oleh untuk beberapa teman di Surabaya. Karena saya
mendapatkan titipan burger Buto khas malang, akhirnya kami mampir disana untuk
membeli burger Buto. Zia harus kembali ke Kediri setelah ini, sedangkan saya
dan Dian akan kembali ke Surabaya. Kami menunggu travel Zia di alun-alun kota
Batu, sembari menikmati cilok dan susu hangat dari kedai susu KUD. Pukul 18.30
travel yang mengantar Zia ke Kediri sudah datang, kami berpisah disini. Saya
dan Dian pulang ke Surabaya dengan segudang pengalaman baru backpacker ‘nekat’
menginap di emperan masjid, berfoto bersama burung hantu, hingga adu mulut
dengan mbak-mbak (hitung-hitung bumbu pemanas perjalanan).
Mobil Dian melaju kembali ke Surabaya dengan pengalaman yang tidak akan terlupakan bagi kami.
-xoxo-
Sembari nunggu giliran foto, akhirnya narsis sendiri |
Besties sejak SMP sampek Kuliah sekarang :) |
Saya dan Dian, signature sign of Selecta hahaha |
Akhirnya, senang bisa foto disini walaupun diwarnai kejadian tidak menyenangkan |
Tiga cewek Lucu |
Lagi-lagi signature pose of Andin |
10 comments
ndin penasaran sama adu mulutmu sama pasangan yang nggak pindah pindah itu. hwkwkwk
BalasHapussumpah..iku suweru wek...hahaha, high tension >.< HOT
Hapusiya lah secara udah nunggu lama. hwkwkw
HapusAndin ..... Andin ..... Lucunya hahaha
BalasHapushahaha...selalu ada kejadian lucu di setiap perjalanan cik :D
Hapusaku belom pernah ke tree house yang lagi hits banget itu mbak kapan" deh aku coba kesana sekalian coba paralayang kalo ada rejeki hehe(aamiin). Traveling emang paling seru kalo ada bumbu "pemanas"nya ya mbak macem sepasang kekasih yang jutek itu haha
BalasHapusanw lucu bangett foto-fotonyaaaa apalagi yg di taman-taman mbaak :D
aku ke paralayang tapi nggak foto di rumah pohon lho ma ._. males antri soalnya. haha
Hapusiyaa..sekalian aja naik paralayang nya ma..pasti enyakk..kerasa adrenalin dan view nya dapet banget...
Hapussekarang Selecta lagi berdandan..bunga-bunga nya bagussss :)
@weka : antrii banget wekk...makanya itu..sampe high tension, soalnya yg foto nggak nyadar ada antrian..
wehehe anak surabaya main ke malang niiih :3
BalasHapushahaha...iya nih..malang jadi destinasi favorit banget... :D kota Batu lebih favorit tapi :D
Hapus