Saya dan Pantai :)

Juli 26, 2013




Dear Bloggies,

Tau nggak kalau pasir pantai itu bisa menenangkan hati yang lagi dirundung mendung. For some people it works, but I don’t know with others. Tapi yang pasti bagi saya, pasir pantai selalu bisa memberikan sensasi kelegaan tersendiri. Karena di semester ini saya akan menghabiskan kurang lebih satu bulan di Pacitan, saya suka banget main ke pantai sepulang KP(Kerja Praktek) di PLTU. Deburan suara ombak, halusnya pasir pantai yang nyentuh kaki bikin hati bisa benar-benar plong (SUER). Sensasi lain yang bisa saya dapatkan adalah ketika saya bisa sepuasnya berteriak melepaskan semua beban di hati dan pikiran (meskipun dengan resiko dipandang aneh sama penduduk sekitar).

Angin pantai yang beraroma garam, dan airnya yang terkadang menggelitik kaki saya saat berjalan di pesisir pantai selalu saya rindukan. Bercengkrama dengan alam mungkin bisa menjadi salah satu alternative penghilang stress yang lebih manjur. Saya yang lebih menjadi tipe pendengar, dan memiliki kepribadian yang terlalu “open” terkadang butuh juga untuk keluar dari lingkaran siklus itu. Terlalu takut untuk menceritakan apa saja unek-unek di hati, sulit untuk bisa mengungkapkan apa yang terjadi. Entah karena kepala saya terlalu penuh dengan pikiran-pikiran, dan fantasi gila atau saya terlalu takut orang lain melihat siapa saya yang sebenarnya.

Terkadang, untuk mewarnai kehidupan saya yang banyak masalah, saya berfantasi gila. Memvisualisasikan apa saja yang terjadi dalam bentuk bayangan extreme. Seperti, saat naik sepeda motor ke kampus, terkadang sebersit fantasi gila kalau saya bakal ketabrak motor dan terpental dan akhirnya tergeletak di pinggiran jalan, (naudzubillah..) atau saat saya lagi sebel sama orang, saya langsung ngebayangin orang itu saya kerjain sampe dia nangis. Atau ketika saya lagi marah saya membayangkan saya bisa terbang ke puncak gunung tertinggi dan berteriak sepuasnya. Aneh juga kalo dipikir-pikir, imajinasi saya terlalu berlebihan mungkin, (hahahhaaha). So what? At least Itu imajinasi bikinan saya sendiri. 

Nah, ketika saya tidak menemukan pantai untuk mencurahkan apapun, jadilah saya nulis dan berimajinasi. Nulis apapun, mulai dari hal gak jelas hingga hal yang lebih ga jelas lagi. Kata yang tidak bisa terangkai akhirnya akan tertumpah juga dalam bentuk tulisan, meskipun tulisan itu sulit dimengerti dan terkadang setelah saya membaca ulang saya sendiri tidak paham apa yang saya tulis, (aneh..memang). 

Pantai, nulis, dan satu lagi pendengar random yang sengaja saya pilih buat mencurahkan uneg-uneg saya, yang pasti saya tidak akan memilih orang yang salah dalam hal ini. Menjadi anak ke dua dari 4 bersaudara terkadang membuat saya sedikit bingung, karena tidak bisa mencurahkan hati ke kakak ataupun adik. Saya lebih nyaman bercerita dengan orang lain, walaupun itu beresiko besar, tapi selalu nyaman untuk menyerahkan masalah ini ke luar lingkaran sosial saya untuk melihat perspektif yang lebih berbeda lagi. Setiap masalah yang datang, saya anggap sebagai proses pendewasaan diri yang nantinya membuat saya lebih bisa bersikap menghadapi persoalan hidup yang lebih kompleks lagi nantinya.
Selalu Out Of Control setiap liat pantai
Narsis setelah seharian KP
Surabaya dua enam tujuh tiga belas

You Might Also Like

0 comments