Road Trip Perdana Surabaya-Bali Budget Kurang dari 600 Ribu!! (PART 2)

September 02, 2021

Dear Bloggies,

Ikon pantai Melasti


Hari kedua di Bali, tepat tanggal 3 Juli 2021, PPKM dimulai. Kami yang saat itu sedang mencari sarapan di Warung Mak Beng Pantai Sanur harus menelan kekecewaan pertama karena sudah tidak bisa dine-in disana. Akhirnya kami membungkus makanan dan makan di pinggir pantai sanur sambil mencicipi jajanan lumpia dan gorengan dari ibu penjaja lumpia. Angin di Pantai Sanur pagi itu bertiup kencang, karena itu kami tidak lama untuk menghabiskan waktu disana. Kami memutuskan untuk langsung berangkat ke destinasi kedua, Pantai Melasti.

Untuk menuju pantai Melasti kita melewati tol laut Bali yang hits itu. Kami sangat menikmati udara siang di Bali saat itu. Angin bertiup sepoi melalui jendela mobil yang sengaja kami buka, pemandangan birunya air laut dan langit yang cerah memanjakan mata kami. 

Tidak lama, kami tiba di pantai Melasti yang untung saja masih buka di tengah PPKM yang sudah dimulai. Petugas juga memberikan informasi bahwa pantai akan ditutup mulai besok sampai tanggal 24 Juli. Kami membayar tiket masuk 8,000 rupiah per-orangnya ditambah 5,000 rupiah untuk parkir mobil.

Menikmati segarnya kelapa di bawah payung pantai

Disepanjang pantai Melasti, kalian akan menemui bungalow dan kursi santai, eitss bukan gratis, tapi itu semua berbayar. Ada beberapa bungalow milik resort di sana yang mana untuk bisa duduk di kursi pantainya kalian harus melakukan pembelian menu dengan jumlah tertentu. Namun jangan khawatir, disana juga ada penyewaan kursi pantai lepas. Cukup merogoh kocek 100,000 rupiah saja, kalian bisa bersantai di 2 kursi pantai lengkap dengan payungnya. Penjaja penyewaan kursi pantai ini biasanya juga menawarkan minuman atau kudapan yang di jual di pujasera dan diantarkan langsung ke tempat duduk kalian.




Pantai Melasti saat itu tidak terlalu ramai, hanya beberapa orang yang berenang, termasuk Mas Aul. Angin pantai yang sejuk, membuat Alif terkantuk-kantuk dan akhirnya terlelap dibalik kacamata hitamnya. Sedangkan saya, tentu saja membuat konten tiktok, hahaha, meskipun tidak di posting. Kami bermain di pantai cukup lama, sampai waktu menunjukkan pukul 14.00. Kami melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya, pasar ikan kedonganan di Jimbaran.

Udang di Pasar Kedonganan yang terlihat sangat segar

Seafood yang sudah di olah

Kami memutuskan untuk berbelanja seafood untuk kemudian mencari jasa untuk mengolah menu seafood yang kita beli, car aini ternyata cukup praktis dan lebih hemat menurut saya. Setelah tawar menawar untuk membeli cumi, kerang, dan udang, akhirnya kita menemukan jasa mengolah nya, New Furama resto. Setelah di total, makan berempat hanya 325,000 rupiah saja! sudah termasuk minum dan masih bisa di bungkus untuk makan malam pula.

Sunset di Pantai Kuta yang sepi

Jajan Gelato di pertokoan menuju pantai Kuta

Menikmati sunset di pantai Kuta menjadi penutup destinasi kami hari itu. Kami berjalan kaki sekitar 5 menit dari penginapan untuk menikmati sunset di pantai Kuta. Sepi, satu kata yang menggambarkan jalanan sepanjang menuju pantai Kuta. Hanya beberapa toko yang buka, yang tetap semangat menjajakan dagangannya. Kami juga mendapati sepinya pengunjung di pantai Kuta yang biasanya dipenuhi oleh turis asing maupun lokal. Saya dan Alif sempat mencoba gelato di kedai gelato BingBong Bali yang saat itu buka dengan pencahayaan yang mencolok. Saya memesan Oreo dan Vanila Gelato, masing masing 1 scoop dengan harga 35,000 rupiah. Rasanya ENAAKK BANGET! dan segar. Kami makan malam di hotel dengan lauk seafood yang tadi kami bawa pulang, hahaha.

Di hari Minggu pagi, kami mendapati informasi dari akun media sosial Pelabuhan Gilimanuk, bahwa akan ada tambahan syarat sertifikat vaksin bagi yang ingin menyebrang. Karena 2 orang diantara kami belum vaksin, akhirnya kami memutuskan untuk pulang lebih cepat dari rencana. Sebelum pulang, kami menyempatkan untuk membungkus sarapan nasi ayam ibu oki untuk di makan di pantai kuta, karena tidak bisa makan di tempat. Oiya, saya juga menyempatkan membungkus ayam betutu gilimanuk juga dong, hahahaha, mumpung sedang di Bali.

Interior Starbucks reserve di Bali 

Ayam betutu favorit kalo pas ke Bali

Usai sarapan, kami mampir ke Starbucks reserve terlebih dahulu, agenda wajib sih kalo ke Bali. Kemudian kami membeli croissant yang ENAAKK BANGET di Monsieur Spoon Petitenget. Croissant disini crunchy, gurih, enak lah pokoknya. Saya membeli beberapa kudapan untuk bekal perjalanan pulang. 

Croissant fresh from the oven

Semoga segera buka cabang di Surabaya

Test antigen sebagai syarat menyebrang pun sudah kami lakukan di Central Park dengan harga 150,000. Kami berangkat pulang dari Kuta pukul 13.00 dan tiba di pelabuhan pukul 16.00. Ombak selat Bali sore itu lumayan tinggi, sehingga kapal ferry yang kami tumpangi berguncang terkena ombak. Setelah perjalanan 1 jam terombang ambing di kapal, kami melanjutkan perjalanan pulang ke Surabaya dan tiba di Surabaya Senin dinihari. Pengalaman road trip kali ini benar benar seru meskipun banyak destinasi kami yang akhirnya harus dicoret dari list karena PPKM. 

Hal yang saya syukuri adalah perjalanan kita kali ini sangat amat lancar, dan keesokan harinya kami mendengar berita bahwa pelabuhan sempat ditutup karena ombak yang besar, qadarullah kita sudah pulang dan tiba di Surabaya dengan selamat. Doa saya pribadi, semoga pandemi segera usai dan pariwisata Bali bisa hidup lagi. Aamiin


Detail total budget yang kami habiskan


You Might Also Like

6 comments

  1. Sedih memang kalo baca ttg Bali, banyak toko yg tutup, semua tempat sepi :(. Padahal pariwisata denyut nadi mereka.

    Aku juga berharap Bali cepet pulih. Jadi skr hrs pake sertifikat vaksin juga ya mba. Untungnya aku, suami dan asisten udh komplit, tapi anak2 blm samasekali Krn msh di bawah 12. Itu sbnrnya yg bikin aku msh blm kluar sampe skr. Tunggu anak2 udh divaksin baru deh agak tenang kalo kluar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, sedih banget liat kondisi Bali kemarin, SEPI BANGET. Syukur sekarang syaratnya cuman vaksin aja mba, untuk penyebrangan ke Bali.

      Memang baiknya nunggu vaksin dulu mba, biar tenang liburannya

      Hapus
  2. Wah jadi pengen ke Bali. Kapan ya,,,mana ppkm ga selesai-selesai. Moga Bali cepat pulih. Bali bukan kebanggaan orang lokal semata namun Indonesia layak menepuk dada atas keindahan pulau dewata.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga pandemi segera usai dan kita bisa bebas liburan kemana mana lagi yaa

      Hapus
  3. wah asyik ya bisa berpergian di jaman pandemi gini. kangen juga jalan2 lagi. sekrg mah yang deket2 saja akhirnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nekat sih mba, hehehe. Dan itupun cuman sekali selama pandemi ini, agak khawatir juga dan banyak tempat pariwisata tutup.

      Hapus